* Apakah anda tau mengenai demam tifoid ?
Seperti
yang telah kita ketahui bahwa demam tifoid adalah merupakan suatu penyakit yang
termasuk ke dalam penyakit infeksi akut
yang dapat disebabkan oleh Salmonella
typhi .Penyakit demam tifoid ini merpakan suatu penyakit tropik sistemik, dimana penyakit ini bersifat endemis dan
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara
berkembang .
Bagaimana perjalanan penyakit tipes
didalam tubuh kita ?
Bakteri Salmonella typhi bersama
makanan/minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung
dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih
hidup akan mencapai ileum dan yeyunum akan menembus dinding usus. Setelah
melalui periode inkubasi, maka Salmonella typhi melalui duktus torasikus masuk ke dalam
sirkulasi sistemik. Organisme dapat mencapai organ manapun seperti hati, limpa,
sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal (Soedarmo
dkk., 2002). Masa inkubasi hingga terjadinya demam tifoid berkisar antara 8-14
hari, bisa lebih lama dengan inokulum yang lebih rendah (Southwick, 2003).
Tahukah
anda ??
Angka kejadian penyakit demam tifoid
pada anak :
Diperkirakan angka kejadian dari
150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di Asia. Umur
penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara 3-19
tahun mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga dilaporkan dari
Amerika Selatan (Soedarmo dkk., 2002).
Mari kita kenali penyebab penyakit demam tifoid
Demam
tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi
yang merupkan basil gram negatif dimana ia
bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. Salmonella typhi mempunyai sekurangnya empat macam antigen,
yaitu antigen O (somatik yang terdiri zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flagella), antigen Vi, dan protein membran hialin (Mansjoer dkk., 2001).
Kenali
gejala demam tfoid dengan cepat
Beberapa gejala klinis yang sering timbul
jika seseorang terkena demam tifoid diantaranya adalah adan demam, gangguan
pada saluran pencernaan, hepatosplenomegali, serta bradikardia relatif dan
gejala lain (Depkesb, 2006).
Taukah anda ??
bahwa salah satu pengobatan untuk demam tifoid adalah dengan menggunakan antibiotik , antibiotik merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat pertumbuhn mikroba jenis lainnya . Lalu selanjutnya akan dibahas mengenai antibiotik terapi demam tifoid tanpa komplikasi pada anak .
bahwa salah satu pengobatan untuk demam tifoid adalah dengan menggunakan antibiotik , antibiotik merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat pertumbuhn mikroba jenis lainnya . Lalu selanjutnya akan dibahas mengenai antibiotik terapi demam tifoid tanpa komplikasi pada anak .
Demam tifoid
masih merupakan suatu masalah pada kesehatan
khususnya di Indonesia. Antibiotik kloramfenikol adalah obat pilihan pertama
untuk terapi demam tifoid tanpa komplikasi pada anak sampai saat ini. Selain
kloramfenikol adapun antibiotik jenis lain yang dapat dipergunakan yaitu tiamfenikol,
sefiksim dan azitromisin.
·
Kloramfenikol
Kloramfenikol masih
merupakan pilihan utama terapi untuk
pengobatan demam tifoid karena efektif, murah, mudah didapat, dan dapat
diberikan secara oral atau diminum .
Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan spektrum luas . Obat ini bekerja
dengan menghambat sintesis protein kuman dengan cara berikatan pada ribosom 50S
sehingga menghambat pembentukan rantai peptida (Depkes, 2000). Untuk anak dosis
yang digunakan adalah 50-100 mg/kg BB/hari maks. 2 gram selama 10-14 hari
dibagi 4 dosis . Pilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam
tifoid pada anak di negara berkembang didasarkan pada faktor keefektivitasan
terapi , ketersediaan obat , dan biaya yang terjangkau . Berdasarkan ketiga
faktor tersebut, kloramfenikol masih menjadi obat pilihan pertama pengobatan demam
tifoid pada anak .
·
Tiamfenikol
Tiamfenikol
adalah turunan kloramfenikol yang juga aktif terhadap spesies Salmonella dan dapat diberikan secara
oral. Obat dapat diberikan dengan dosis lebih kecil, interval lebih lama . Dalam
pengobatan demam tifoid pada anak tiamfenikol dapat dijadikan sebagai obat
pilihan pertama untuk menggantikan kloramfenikol . Dosis yang digunakan pada anak adalah
: 50 mg/kg BB/hr selama 5-7 hari bebas panas .
·
Azitromisin
adalah antibiotik golongan makrolid pertama
yang termasuk dalam kelas azalide. Pemberian azitromisin pada anak dapat
diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB selama 7 hari . Azitromisin lebih poten atau
lebih dapat memberikan efek terapi yang maksimal dengan dosis yang kecil
terhadap Salmonella spp bila dibandingkan
dengan obat pilhan pertama dan makrolid
lain .
·
Sefiksim
Sefiksim merupakan
antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga , mempunyai aktifitas
antimikroba terhadap kuman Gram positif maupun negatif. Sefiksim dapat
memberikan efek terapi yang maksimal dengan dosis yang kecil sehingga dapat
digunakan untuk terapi demam tifoid pada anak . Dosis yang digunakan untuk anak adalah : 15-20 mg/kg
BB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari.
Perlu
diingat ......
Ketika seorang pasien menggunakan
antibiotik maka harus diketahui bahwa penggunaan antibiotik dapat digunakan
ketika penyakit tersebut disebabkan karena bakteri karena antibiotik merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk
menghambat pertumbuhn mikroba jenis lainnya lalu penggunaan antibotik tersebut
harus dihabiskan karena jika antibiotik tersebut tidak dihbiskan maka
dkhawtirkan akan dapat mengkibatkan terjadnya resistensi atau bakteri tersebut
menjadi kebal terhadap antibitik tersebut . Oleh karena itu diperlukan perhatian
khusus tentang penggunaan antibitik . Jangan sampai lupa ya , semoga bermnfaat..
Nama
Penulis : Filzah Nurfazrina ( NIM 1208010065 )
Daftar
Pustaka :
·
Arif
Rakhman , dkk . Faktor – Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Demam Tifoid Pada Orang Dewasa . Berita Kedokteran Masyarakat .
2009 . Volume 4 : No.25 . Diakses tanggal 26 Maret 2015 , pukul : 15.00
·
Novie
Homenta Rampengan . Antibiotik Terapi
Demam Tifoid Tanpa Komplikasi Pada Anak . Sari Pediatri . 2013 . Volume 14
: No.5 . Diakses tanggal 26 Maret 2015 , pukul 17.00